Seiring dengan mendekatnya Halloween, banyak yang mulai memikirkan kostum dan penyamaran, namun, di dunia digital, “penyamaran” tidak hanya terbatas pada malam perayaan tersebut. Ancaman siber, mirip dengan kostum Halloween, bisa mengenakan topeng dan menyembunyikan niat aslinya untuk menghindari deteksi. Serangan-serangan ini menyamar sebagai ancaman lain, membuatnya sulit untuk dikenali dan ditangani. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk mengadopsi pendekatan yang lebih canggih dalam mengidentifikasi dan mengatasi ancaman yang tidak tampak jelas, seperti pengambilalihan akun yang menyamar sebagai DDoS atau bot yang menyamarkan dirinya sebagai lalu lintas pengguna yang sah. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana serangan ini beroperasi dan bagaimana organisasi dapat melindungi diri mereka dari ancaman yang tersembunyi di balik penyamaran.
Ancaman Tersembunyi yang Umum di Dunia Digital
Beberapa serangan siber memanfaatkan penyamaran untuk menghindari deteksi, sehingga sulit bagi tim keamanan untuk membedakan antara ancaman nyata dan yang hanya tampak berbahaya. Salah satu contohnya adalah serangan pengambilalihan akun (ATO) yang menyamar sebagai serangan Distributed Denial of Service (DDoS). Dalam kasus ini, lonjakan aktivitas login yang tampaknya merupakan DDoS sebenarnya adalah upaya brute force untuk membobol akun pengguna. Selain itu, serangan bot yang menyamar sebagai lalu lintas pengguna yang sah juga menjadi masalah yang semakin kompleks. Bot-bot canggih ini meniru perilaku manusia, membuatnya lebih sulit untuk dibedakan dari pengunjung yang benar-benar sah.
Pengambil alihan Akun (ATO) yang Menyamar sebagai DDoS
Pada pandangan pertama, serangan DDoS terlihat seperti lonjakan lalu lintas yang dimaksudkan untuk membanjiri sistem. Namun, terkadang, penyerang menggunakan taktik brute force atau credential stuffing di balik tampilan serangan DDoS ini untuk melakukan pengambilalihan akun (ATO). Dalam serangan semacam ini, penyerang mengirimkan sejumlah besar permintaan login dengan harapan dapat menebak kredensial pengguna dan mendapatkan akses yang tidak sah. Meskipun ini mirip dengan DDoS, tujuannya adalah untuk mencuri informasi atau melakukan penipuan, bukan untuk mengganggu ketersediaan layanan.
Serangan ini bisa sangat sulit untuk dibedakan dari DDoS yang sebenarnya. Meskipun keduanya menunjukkan pola lalu lintas yang tidak normal, perbedaan halus, seperti upaya login yang gagal atau lalu lintas yang hanya diarahkan ke halaman login, bisa menjadi petunjuk bahwa serangan tersebut adalah ATO yang menyamar. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi untuk menggunakan alat deteksi yang lebih canggih untuk membedakan antara kedua jenis serangan ini dan menyesuaikan strategi mitigasi mereka.
Serangan Bot yang Menyamar sebagai Lalu Lintas Pengguna yang Sah
Bot-bot canggih kini dapat meniru perilaku manusia dengan sangat akurat, seperti gerakan mouse, klik, dan scroll halaman, sehingga sulit untuk membedakan mereka dari pengunjung manusia yang sah. Dengan taktik ini, bot dapat menghindari deteksi dari sistem manajemen bot tradisional dan Web Application Firewall (WAF), yang dirancang untuk mendeteksi lalu lintas bot yang tidak wajar. Bot canggih bahkan dapat menggunakan teknik untuk menyembunyikan identitas mereka, seperti berganti IP secara acak, menggunakan proxy anonim, atau mengatasi tantangan CAPTCHA.
Karena mereka beroperasi secara “low and slow”, serangan bot semacam ini tidak menghasilkan kebisingan yang besar seperti serangan bot biasa, yang memudahkan mereka untuk tetap tidak terdeteksi dalam pola lalu lintas normal. Bot ini sering digunakan untuk tujuan seperti pencurian data, penipuan transaksi, atau bahkan untuk mengumpulkan informasi harga dan stok produk dalam industri ritel dan perjalanan.
Mengapa Penyerang Menggunakan Penyamaratan?
Penyerang sering menggunakan teknik penyamaran untuk menciptakan kebisingan yang mengalihkan perhatian tim keamanan dari tujuan asli mereka. Sebagai contoh, serangan DDoS dapat digunakan untuk membanjiri jaringan dan mengalihkan fokus dari serangan lain yang lebih terarah, seperti pengambilalihan akun atau eksfiltrasi data. Sementara tim keamanan sibuk menangani serangan DDoS, penyerang dapat menjalankan aktivitas jahat lainnya tanpa menarik perhatian.
Selain itu, taktik “low and slow” yang digunakan oleh bot atau serangan ATO memungkinkan penyerang mengumpulkan data atau melakukan eksploitasi dengan cara yang sangat halus. Serangan semacam ini bisa berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu tanpa terdeteksi, memungkinkan penyerang untuk mengakses data atau informasi sensitif dengan risiko rendah.
Kesimpulan
Di dunia yang semakin terhubung, penting bagi organisasi untuk menjaga kewaspadaan terhadap ancaman siber yang mungkin tidak tampak seperti ancaman sama sekali. Serangan yang menyamar sebagai jenis ancaman lain, seperti ATO yang menyamar sebagai DDoS atau bot yang menyamarkan dirinya sebagai lalu lintas pengguna sah, dapat melemahkan pertahanan dan membuka celah bagi serangan lebih lanjut. Untuk itu, organisasi perlu mengintegrasikan strategi keamanan yang lebih canggih, yang mencakup perlindungan DDoS, manajemen bot yang lebih baik, dan analitik perilaku yang dapat mendeteksi pola yang tidak biasa.
Mengungkap niat asli di balik serangan ini sangat penting untuk mempertahankan keamanan siber yang tangguh. Sama seperti kostum Halloween yang dilepas pada tengah malam, pertahanan siber Anda harus mampu mengungkap penyamaran serangan dan melindungi aset digital Anda. Dengan pendekatan yang tepat, Anda dapat menjaga kepercayaan pelanggan dan memastikan bahwa ancaman yang tersembunyi tidak akan pernah bisa menembus pertahanan Anda.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai perlindungan siber, Anda bisa menghubungi sales@qfirewall.id.