“Jangan Percaya Hype: Pelajari Bagaimana Kriminal Siber Sebenarnya Menggunakan AI”

AI sudah mulai mengubah dunia keamanan siber—baik dari sisi pertahanan maupun serangan. Meskipun pelaku kejahatan siber terus memanfaatkan AI untuk meningkatkan volume, kecepatan, dan kecanggihan serangan mereka, ancaman berbasis AI yang benar-benar baru dan revolusioner masih sebatas teori. Tidak semua klaim sensasional tentang serangan siber bertenaga AI mencerminkan kenyataan, namun sangat mudah untuk terbawa oleh sensasi media.

Sebagai pihak yang bertugas melindungi sistem, kita harus mampu memisahkan fakta dari kebisingan informasi terkait kejahatan siber berbasis AI. Dengan mengevaluasi realitas saat ini dan memperkirakan evolusi taktik pelaku serangan, kita dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan masa kini sekaligus mengantisipasi dan menggagalkan operasi mereka ke depan.

Diskusi Panel di RSA Conference 2025

Pekan depan di RSA Conference (RSAC) 2025 di San Francisco, saya akan berbicara dalam sebuah panel bersama para pakar dari:

  • UC Berkeley’s Center for Long-term Cybersecurity (CLTC)
  • Berkeley Risk and Security Lab (BRSL)
  • Nanyang Technological University, Singapura

Sesi ini akan menggabungkan sudut pandang praktis, kebijakan, dan akademis untuk menyaring hype seputar kejahatan siber bertenaga AI.

Fortinet juga akan berpartisipasi dalam panel tersebut, serta melanjutkan komitmennya dalam inisiatif terkait yang bertajuk “AI-Enabled Cybercrime: Exploring Risks, Building Awareness, and Guiding Policy Responses.” Program ini mencakup simulasi tabletop (TTX), survei, lokakarya, dan wawancara yang dipimpin oleh CLTC, bekerja sama dengan Fortinet dan berbagai organisasi sektor publik maupun swasta.

Generative AI, Agentic AI, dan Weaponized AI: Apa Bedanya?

Di tengah hype pemasaran dan pemberitaan media, percakapan tentang AI ada di mana-mana. Namun, untuk benar-benar memahami ancaman, kita perlu memahami jenis dan penerapan AI, termasuk:

  • Generative AI (AI yang menciptakan konten),
  • Agentic AI (AI yang bertindak secara otonom),
  • Weaponized AI (AI yang digunakan untuk tujuan merusak).

Menurut Dr. Gil Baram, peneliti non-residen di UC Berkeley:

“Kesenjangan paling krusial dalam kejahatan siber berbasis AI bukanlah pada aspek teknis—tetapi pada aspek manusia. Dari analis hingga pembuat kebijakan, kita perlu dilatih untuk menghadapi ketidakpastian, mengkritisi hasil dari AI, dan tetap waspada terhadap penipuan. Ini bukan sekadar tentang memperbarui sistem, tapi tentang memperbarui cara berpikir strategis kita.”

Dalam diskusi panel mendatang, kami akan mengurai berbagai skenario teoritis weaponisasi AI, membahas realitas yang terjadi saat ini, meninjau kemungkinan di masa depan, dan memberi panduan bagi para CISO, CTO, dan tim keamanan TI dalam menentukan fokus pertahanan mereka.

Memahami Evolusi Penggunaan AI oleh Pelaku Serangan

AI sudah memungkinkan siapa pun—termasuk mereka tanpa pengalaman pemrograman—untuk ikut serta dalam kejahatan siber. Tapi bagaimana penjahat pemula maupun profesional menggunakan AI hari ini? Dan bagaimana mereka kemungkinan besar akan memanfaatkannya di masa depan?

Memahami ini penting untuk membentuk postur keamanan yang bijak dan merencanakan alokasi sumber daya secara tepat.

Meski AI saat ini menjadi “tombol mudah” bagi penyerang untuk membuat kode berbahaya, pengaruhnya lebih luas lagi. AI menjadi penggerak utama di balik marketplace gelap, alat, dan layanan yang menopang ekosistem kejahatan siber. Dark web tumbuh setiap tahun, dengan semakin banyak layanan Cybercrime-as-a-Service (CaaS) bermunculan.

Contohnya, layanan deepfake dan pengintaian berbasis AI kini lebih mudah diakses. Diversifikasi layanan ini akan terus tumbuh. Panel ini akan membahas apa yang perlu dipahami para defender tentang layanan-layanan baru dan dampaknya ke depan.

Bergabunglah di RSAC 2025: “AI-Enabled Cybercrime: Separating Hype from Reality”

Jika Anda akan menghadiri RSAC di San Francisco, jangan lewatkan sesi ini. Anda akan mendengar pandangan dari sektor publik, swasta, dan akademik tentang kejahatan siber bertenaga AI, mendapatkan evaluasi realistis tentang peran AI, dan mengeksplorasi perkembangan serta dampaknya terhadap komunitas keamanan siber.

Nama Sesi:
AI-Enabled Cybercrime: Separating Hype from Reality

Tanggal & Waktu:
Kamis, 1 Mei, pukul 10:50 pagi (Waktu Pasifik)

Moderator:
Leah Walker, Berkeley Risk and Security Lab

Panelis:

  • Derek Manky, Chief Security Strategist & Global VP Threat Intelligence, Fortinet FortiGuard Labs
  • Helena Huang, Nanyang Technological University, Singapura
  • Gil Baram, Peneliti Non-residen di UC Berkeley CLTC

Infrastruktur IT yang kuat adalah kunci produktivitas perusahaan. Dengan qfirewall, Anda bisa mendapatkan solusi IT lengkap yang sesuai dengan kebutuhan Anda. iLogo Indonesia sebagai mitra terpercaya siap mengintegrasikan semuanya agar bisnis Anda tetap berjalan lancar dan aman.
Hubungi kami sekarang atau kunjungi qfirewall.id untuk informasi lebih lanjut!